BAGAIMANA
MENGURUS JENAZAH
SESUAI SUNNAH?
SESUAI SUNNAH?
Disampaikan pada : Hari Ahad, 25 Mei 2008 dalam
acara PELATIHAN PENGURUSAN JENAZAH siswa kelas 3 Madrasah Tsanawiyah Daarul ‘Uluum Lido
KEUTAMAAN
MENJENGUK ORANG YANG SAKIT
1. Hak &
kewajiban sesama muslim
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: حق
المسلم على المسلم ست, قيل ماهن يا رسول الله؟ قال: إذا لقيته فسلم عليه, وإذا دعاك فأجبه, وإذا
استنصحك فانصح له, وإذا عطس فحمد الله فشمته, وإذا مرض فعده, وإذا مات فاتبعه.
(روى البخاري ومسلم عن أبي هريرة)
2. Mendapatkan permohonan ampun & keselamatan dari
Malaikat
APA YANG DISYARI’ATKAN BAGI YANG SAKIT?
1. Ridho dan Sabar terhadap ketentuan Allah.
Yang dimaksud dengan sabar adalah menahan jiwa dari penderitaan, menahan lisan
dari mengumpat, serta menahan anggota tubuh dari merusak atau merobek-robek
pakaian dan yang semisalnya.
روى مسلم عن صهيب بن سنان رضي الله عنه
أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: عجبا لأمرالمؤمن إن أمره كله له خير, وليس ذاك
لأحد إلا للمؤمن: إن أصابته سراء شكرفكان
خيراله, وإن أصابته ضراء صبرفكان خيراله
2. Berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
روى
مسلم عن جابر رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول قبل موته
بثلاث: لا يموتن أحدكم إلا وهو يحسن الظن بالله عز وجل.
3. Memiliki rasa takut & harap. Takut akan
hukuman Allah karena dosa-dosanya dan mengharapkan rahmat Rab-nya.
روى الترمذي وابن ماجه عن أنس أن النبي
صلى الله عليه وسلم دخل على شاب وهو في الموت: فقال: كيف تجدك؟ قال والله, يا رسول
الله, إني أرجوالله وإني أخاف ذنوبي. فقال صلى الله عليه وسلم: لا يجتمعان في قلب
عبد في مثل هذا الموطن إلا أعطاه الله ما يرجو وآمنه مما يخاف.
4. Sekalipun berat penderitaan, tidak boleh
mengharapkan kematian.
روى البخاري ومسلم عن أنس رضي الله عنه
أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لا يتمنين أحد منكم الموت لضر نزل به: فإن كان
لابد متمنيا للموت فليقل: اللهم أحيني ما كانت الحياة خيرالي, وتوفني إذا كانت
الوفاة خيرالي.
5. Memperbanyak taubat dan memohon ampunan
6. Diharamkan berobat dengan sesuatu yang
dapat merusak aqidah, seperti menggantungkan jampi-jampi yang mengandung
kalimat syirik/nama-nama asing. Berobat kepada dukun dan sejenisnya.
7. Dianjurkan berobat dengan ruqyah yang disyari’atkan,
seperti ayat-ayat al-Qur’an dan do’a-do’a dari Nabi. Ibnu Qayyim berkata:’Yang
termasuk pengobatan paling tepat adalah melakukan kebaikan, berzikir, dan
berdo’a juga tunduk kepada Allah dengan taubat.
8. Dibolehkan berobat dengan obat-obat yang mubah.
9. Bila ada hak yang harus ditunaikan, maka
sampaikanlah kepada teman atau saudaranya bila hal itu memudahkannya, namun
bila tidak maka berwasiatlah.
10. Menulis wasiat.
ADAB MENJENGUK
ORANG SAKIT
1. Duduk di samping kepalanya.
2. Menanyakan keadaannya.
3. Menanyakan keinginannya.
4. Mengusap tubuh yang sakit dengan tangan
kanan.
5. Mendoakannya.
قال النبي صلى الله عليه وسلم: اللهم رب
الناس أذهب البأس واشفه: أنت الشافي, لا شفاء إلا شفاؤك شفاء لا يغادر سقما.
(أخرجه البخاري ومسلم)
6. Mengunjungi yang sakit bisa dilakukan kapan
saja.
TANDA-TANDA
SAKARATUL MAUT
1. Ujung jemari kaki menjadi dingin.
2. Dahi mengeluarkan keringat.
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: موت المؤمن بعرق الجبين.
3. Gelisah dan takut.
4. Kerongkongan dan dadanya berbunyi karena
napas dan ruh yang akan keluar.
HAL-HAL YANG
DILAKUKAN KERABATA MAYIT
1. Menghadapkannya ke arah kiblat.
2. Mentalkinkannya dengan Kalimat syahadatain.
روى مسلم أن رسول الله صلى الله عليه
وسلم قال: لقنوا موتاكم لا إله إلا الله.
وروى أبو داود والحاكم عن معاذ بن جبل
رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من كان آخر كلامه لا إله إلا
الله دخل الجنة.
TATACARA TALKIN
1. Tuangkan beberapa tetes air ke bibir &
kerongkongannya, agar mudah mengucapkan syahadat. Bisa menggunakan siwak, kain,
atau kapas.
2. Usap wajah & keningnya dengan kain
basah.
3. Bersiwak bila memungkinkan.
4. Duduk di samping kepalanya seraya
mentalkinkannya.
5. Dengan kalimat perintah serta panggil
dengan panggilan kesukaannya kemudian lakukan tiga kali berturut-turut.
6. Dengan membimbing atau mencontohkannya. Hal
itu dilakukan bila orang tsb tidak merespon cara yg pertama.
HAL-HAL YANG
HARUS DIJAGA DAN DIPERHATIKAN
1. Apabila orang tersebut mengulang-ulang
syahadat, maka tidak perlu ditalkinkan.
2. Apabila telah mengucapkan syahadat, maka
jangan ditalkinkan lagi kecuali bila ia mengucapkan kalimat lain atau pingsan.
3. Tidak disukai mentalkinkan yg sedang
sakaratul maut dengan merengek-rengek lebih dari tiga kali.
4. Apabila menggerakkan jari telunjuknya dan
memberikan isyarat syahadat, serta tidak mampu mengucapkannya, maka tdk
ditalkinkan.
5. Mendo’akannya serta tdk berkata kecuali
yang baik-baik saja.
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا حضرتم المريض أو الموت فقولوا خيرا, فإن
الملائكة يؤمنون على ما تقولون (رواه مسلم)
6. Bila dia orang yang memiliki iman yg kuat
atau orang kafir, maka ditalkinkan dengan cara pertama (perintah). Jika ia
muslim yang lemah imannya, menggunakan cara yg kedua (bimbing).
7. Boleh seorang muslim mengunjungi orang
kafir saat sakaratul maut untuk menawarkan keislaman kepadanya.
كما في حديث أنس رضي
الله عنه السابق عند ما عاد النبي صلى الله عليه وسلم الغلام اليهودي, حضوره صلى
الله عليه وسلم وفاة عمه أبي طالب.
8. Tidak mengkhususkan membaca surat yasin, akan tetapi boleh dibacakan
surat-surat lain dari al-qur’an untuk mengingatkannya dan melembutkan hatinya.
TANDA-TANDA
KEMATIAN
1. Terbelalak & terbaliknya mata, karena
mata mengikuti arah ruh ketika keluar dari jasad.
2. Berubahnya batang hidung ke kanan atau ke
kiri.
3. Berpautnya betis antara satu dengan yang
lainnya.
4. Turunnya rahang.
5. Jantung atau nadi berhenti berdetak.
6. Terlepasnya persendian tulang.
7. Kulit menjadi tegang terutama di bawah
ketiak.
8. Suhu tubuh menjadi dingin seluruhnya.
9. Tubuh menjadi keras & kaku terutama
jika mayit telah meninggal cukup lama.
10. Perubahan dalam bau.
11. Hilangnya tanda hitam pada mata, terutama
pada mayit dewasa.
• Apabila seseorang
mati mendadak, maka tunggulah sesaat hingga muncul tanda-tanda tersebut. (minta
bantuan dokter/ahli)
• Benar-benar memastikan tanda-tanda yang sudah ada.
HAL-HAL YANG
HARUS DILAKUKAN SETELAH MENINGGAL
1. Memejamkan kedua matanya.
2. Mengikat kedua bibirnya.
3. Menggerak-gerakkan & melemaskan
persendiannya.
4. Mengikat kedua kakinya agar tidak keluar
kotoran.
5. Melepaskan pakaiannya dengan tetap menjaga
auratnya.
6. Meletakkan sesuatu yang berat di atas
perutnya agar tdk kembung.
7. Meletakkannya di atas ranjang atau tempat
yang tinggi agar tubuhnya tidak terpengaruh oleh tanah atau lantai yg
dingin/basah.
8. Menutupinya dengan kain, kecuali meninggal
dlm keadaan ihram.
9. Berdo’a untuk mayit.
10. Keluarga yg ditinggalkan harus bersabar dan
ridho.
11. Mengucapkan kalimat Istirja’.
12. Tidak menyebutnya kecuali dengan kebaikan.
13. Melunasi hutang-hutangnya.
14. Bersegera mempersiapkan pengurusannya
berupa memandikan, mengkafani, mensholati & menguburkannya.
15. Dikuburkan di tempat dia meninggal.
16. Memberitahukan kerabatnya untuk menghadiri
shalat & mengurus jenazahnya.
17. Yang mendengar kematian, dianjurkan
mendoakan dan memohonkan ampun.
18. Menyegerakan wasiatnya..
HAL-HAL YANG
DIHARAMKAN ATAS KERABAT MAYIT
1. Meratapi Mayit.
2. Memukul-mukul pipi & merobek-robek baju
(Syaaqah). Rasulullah bersabda:
ليس منا من لطم
الخدود, وشق الجيوب, ودعا بدعوى الجاهلية. (رواه البخارى ومسلم)
3. Mencukur rambut kepala (Haliqah).
4. Menguraikan rambut atau membiarkan rambut
lebat (gondrong).
5. Menyebarkan berita kematian melalui
pengeras suara atau di jalan-jalan & pasar, karena yg demikian termasuk
An-Na’yu. Namun apabila memberitahukan kerabatnya/jama’ah untuk membantu
mengurusi jenazahnya, maka yang demikian itu tidak termasuk An-Na’yu yg
dilarang. Bahkan terkadang menjadi wajib bila tidak ada orang yang bisa
mengurus jenazahnya.
KEUTAMAAN
MEMANDIKAN JENAZAH
1. Diampuni dosa-dosanya.
2. Mendapatkan pakaian dari sutra di Jannah.
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: من غسل ميتا فستره, ستره الله من الذنوب, ومن كفنه
كساه الله من السندس.
(حسنه الألباني في
صحيح الجامع)
Makna dari merahasiakan adalah menutupinya dan tidak
menceritakan aib mayit, seperti luka atau cacat pada tubuhnya yang pada masa
hidupnya disembunyikan, maka setelah wafatnya pun harus dirahasiakan sebagai
penghormatan, juga aib-aib maknawiyah lainnya dari tanda-tanda meninggal su’ul
khatimah. Jika mayit terkenal kefasikan & kebid’ahannya, ahli ilmu
berpendapat bukan termasuk sunnah merahasiahkannya akan tetapi justru perlu
diberitakan keburukannya sebagai pelajaran bagi yang hidup & peringatan
akan kebid’ahannya.
SYARAT – SYARAT
YANG MEMANDIKAN
1. Islam 2.
Berakal 3. Amanah 4. ‘Alim 5.
Merahasiakan
HAL-HAL YANG
PERLU DIPERHATIKAN
1. Yang paling utama memandikan adalah yang
diberi wasiat, kemudian kerabat yang lebih dekat dan seterusnya.
2. Tidak terlalu banyak orang.
3. Dua orang ‘alim & seorang dari
kerabatnya yang lalai & suka berbuat maksiat.
4. Tidak disyaratkan bersuci, itu hanya
keutamaan. Wanita haid boleh memandikan.
5. Memandikan tidak membatalkan wudhu kecuali
jika menyentuh. Menurut pendapat yang kuat tidak wajib baginya untuk mandi,
namun disunnahkan untuk mandi & wudhu.
6. Menggunakan air yang suci. Disesuaikan
dengan suhu cuaca.
SYARAT TEMPAT
MEMANDIKAN
1. Suci dan Besih ( Tidak di WC atau Kamar
Mandi )
2. Tertutup Atap Dingdingnya
3. Tidak Terdapat Patung dan Gambar Makhluk
Bernyawa
TATA CARA
MEMANDIKAN
1. Letakkan mayit di atas tempat pemandian.
Lepaskan pakaiannya dengan tetap menjaga & menutup auratnya. Dudukkan &
tekanlah perut mayit dengan tangan kanan sambil diurut-urut 3 atau 5 kali untuk
mengeluarkan sisa kotoran yang ada.
2. Gunakan sarung tangan atau kain untuk
membersihkan mayit di bawah kain penutupnya. Pakai masker, celemek & sepatu
bot.
3. Mulailah dengan mewudukan mayit seperti
wudhunya shalat.
4. Pemandian pertama dengan menggunakan air yg
dicampur daun bidara hingga berbusa. Takaran dewasa lk. 1 ember air + 2,5 sloki
daun bidara/1 cangkir. Anak kecil ½ dari takaran dewasa.
5. Mulai dengan membasuh kepala, wajah, dada
& ketiak mayit 3x.
6. Mulai dengan bagian sisi kanan mayit.
Membasuh tangan mulai dari pangkal hingga pergelangan tangan, pundak, pinggang
hingga betis kanannya. Tuangkan air dari atas & bawah kain penutup tanpa membuka
aurat. Hal yang serupa dilakukan pada sisi yang kiri. Posisi mayit masih dalam
keadaan terlentang.
7. Kemudian mayit dibalikkan dengan posisi
bertumpu pada sisi kiri hingga punggung, pinggang, paha & betis kanannya
bisa dibersihkan. Mayit tidak boleh ditelungkupkan. Hal serupa dilakukan pada
sisi kiri mayit.
8. Tuangkan air ke seluruh badan mulai dari
kepala hingga kaki. Mayit dalam keadaan terlentang.
9. Lakukan hal tersebut untuk kedua kalinya.
Yang ketiga menggunakan air yang dicampur dengan kapur barus. Bila kurang
bersih, ulangi lima
atau tujuh kali sesuai kebutuhan. Semuanya kembali kepada ijtihad yang
memandikan.
10. Setelah selesai keringkan seluruh tubuhnya
dengan kain/handuk. Ganti kain penutupnya dengan yang baru dan kering dengan
tetap menjaga auratnya.
11. Pindahkan mayit dengan hati-hati ke tempat
pengkafanan.
12. Memandikan jenazah wanita sebagaimana
jenazah pria, hanya saja setelah selesai dimandikan, tambutnya digerai dan
disisir kemudian dikepang menjadi tiga bagian kemudian dikebelakangkan.
MASALAH-MASALAH
YANG BERKAITAN DALAM HAL INI
Pertama. Diharamkan lelaki memandikan mayit wanita
demikian juga Sebaliknya, kecuali dalam
beberapa keadaan berikut ini:
1. Suami Istri.
2. Wanita yang sedang ditalak raj’i.
3. Mayit anak berusia dibawah 7 (tujuh) tahun.
Karena dianggap tidak memiliki aurat.
Jika badannya besar sehingga nampak padanya beberapa hal yang dapat menimbulkan
fitnah. Lebih utama dimandikan oleh wanita.
4. Seandainya ada wanita yang meninggal di
tengah-tengah kaum pria dan tidak ada wanita lain bersamanya, maka mayit
tersebut ditaya- mumkan. Begitu pula sebaliknya.
Kedua. Jika ada seorang wanita hamil, kemudian
dia mengalami keguguran. Apa yang harus dilakukan?
1. Jika usia janin 4 (empat) bulan atau lebih,
maka dia dimandikan, dikafani dan dishalatkan, bahkan diberi nama &
diaqiqahi.
2. Bila usianya kurang dari 4 bulan, tidak
perlu dimandikan dan dikafani tapi cukup dibungkus dengan kain putih dan
dikuburkan di pekuburan karena janin tersebut belum ditiupkan ruh ke dalamnya
sehingga diperlakukan seperti anggota bagian tubuh yang lainnya.
Ketiga. Apabila wanita hamil wafat, maka
diharamkan membedah perutnya & mengeluarkan bayinya. Karena biasanya bayi
akan segera meninggal setelah ibunya meninggal satu atau dua jam setelahnya. Mayit
dimandikan sebagaimana mestinya. Jika dokter memastikan bahwa bayi yang ada dalam kandungan masih
hidup, maka boleh mengeluarkannya dengan berupaya terlebih dahulu melalui jalan
keluarnya. Jika tidak bisa, maka boleh dengan alternatif lain dengan azas lemah lembut dan tidak menyakiti sang ibu
serta atas dasar
pertimbangan
dokter ahli.
Keempat. Orang kafir, murtad, dan meninggalkan
shalat selamanya (tidak pernah mengerjakan shalat sama sekali), mayitnya tidak dimandikan, tidak
dikafani,tidak dishalatkan, serta tidak
boleh dikuburkan di pekuburan kaum Muslimin. Mayitnya dikubur dengan pasir di tempat yang
jauh sekedar untuk menutupinya supaya tidak
menyebarkan bau.
Kelima. Orang yang terbunuh dengan sebab qishash
atau had seperti muhshan yang berzina atau terbunuh karena dzalim,
atau orang yang
bunuh diri. Semuanya dimandikan, dikafani, dishalatkan dan dikuburkan di
pekuburan kaum Muslimin, karena mereka adalah pelaku dosa besar dan tidak
keluar
dari agama Islam.
Keenam. Orang yang berihram dan haji apabila wafat
cukup dimandikan dengan air & daun bidara. Tidak diberi minyak
wangi, dan tidak
ditutupi kepalanya, serta dikafani dengan pakaiannya.
Ketujuh. Memandikan anggota bagian tubuh mayit yang
wajib hanyalah satu kali
Kedelapan. Apabila keluar sesuatu dari perut mayit
pada pertengahan atau sesudah dimandikan,
maka hal ini tidak terlepas dari 4 keadaan berikut ini:
1. Jika keluar sesuatu dari dua lubang
disela-sela memandikan, maka cukup mandikan atau bersihkan tempat keluarnya,
kemudian diwudukan & mandikan hingga 5 kali. Apabila masih keluar najis setelah itu, maka
wudukan, terus mandikan hingga 7 kali setelah itu sumbat dengan kapas atau
kain.
2. Bila keluar sesuatu dari perutnya setelah
dimandikan, maka cukup wudukan saja.
3. Jika keluar sesuatu dari perutnya setelah
dikafani. Jika yang keluarnya sedikit, maka tidak perlu diulang wudhu &
mandinya. Cukup tempat keluarnya kotoran tadi dicuci kafannya, namun apabila yg
keluar banyak dan kotor, maka mandinya harus diulang.
4. Jika keluar sesuatu dari selain dua
jalan, seperti muntah, darah, atau yang lainnya, maka tidak perlu diulang
tapi cukup dicuci tempatnya yang kotor. Namun jika yang keluar itu banyak dan
menyebabkan kotor, maka mandi dan wudunya perlu diulang.
Kesembilan. Jenazah yang syahid dalam peperangan, tidak
dimandikan & tidak dikafani. Namun
jika terkena luka pada waktu perang kemudian sempat dirawat sehari atau
beberapa hari lantas meninggal, maka mayitnya diperlakukan
sebagaimana
lainnya.
Kesepuluh. Jika ada sebagian anggota badan yang
terpotong, maka cukup dibungkus dengan kain putih kemudian dikuburkan tanpa
harus dicuci & dishalatkan.
Kesebelas. Dimakruhkan berdebat & meninggikan
suara ketika memandikan.
Keduabelas. Jika ada anggota tubuh mayit yg terputus,
seperti kaki/tangan, maka anggota tersebut diletakkan di tempat asalnya &
dicuci sebagaimana yg lainnya.
Ketigabelas. Dimakruhkan memberikan bayaran kepada yg
memandikan, tapi apabila dibutuhkan, maka cukup mengambil dari Baitul Mal.
Keempatbelas. Apabila tidak terdapat daun bidara, maka
dapat diganti dengan yg Semisal seperti sabun mandi/sampo.
MENGKAFANI
MAYIT
LANDASAN HUKUM
عن عائشة قالت: كفن الرسول صلى الله
عليه وسلم في ثلاثة أثواب بيض سحولية جدد, ليس فيها قميص ولا عمامة. والسحولية:
نسبة إلى سحول – قرية في اليمن -. (أخرجه البخاري
ومسلم)
HAL-HAL YANG
DIANJURKAN
1. Hendaknya kain kafan yang digunakan bagi
mayit laki-laki sebanyak tiga 3 (lapis). Sedangkan bagi wanita sebanyak 5 (lima ) lapis terdiri dari
sarung, ghamis, khimar, dan dua helai kain.
2. Menggunakan kain yg bersih & baik serta
menutupi seluruh tubuh.
عن
أبي قتادة أن الرسول صلى الله عليه وسلم قال: إذا ولي أحدكم أخاه فليحسن كفنه
(رواه أبو داود والنسائي) وعند مسلم بلفظ إذا كفن أحدكم أخاه ...
3. Menggunakan kain yang berwarna putih.
قال النبي صلى الله عليه وسلم: البسوا
من ثيابكم البياض, فإنها من خير ثيابكم, وكفنوا فيها موتاكم ...(رواه أحمد و أبو
داود و الترمذي وقال حسن صحيح)
4. Memberikan wewangian
عن جابر رضي الله عنه أن النبي صلى الله
عليه وسلم قال: إذا أجمرتم الميت فأجمروه ثلاثا (رواه أحمد وإبن حبان وصححه
الألباني في أحكام الجنائز). وأوصى ابن عمر وابن عباس رضي الله عنهم أن تجمر
أكفانهم بالعود.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam kain kafan.
6. Menaburi kain kafan dengan kafur.
7. Hendaknya kain kafan yang terbaik
diletakkan di bagian atas.
TATA CARA
MENGKAFANI
1. Cara Mengukur Kain Kafan:
Panjang: Ukur panjang mayit dengan meteran dari mulai ujung kepala hingga ujung
kaki dengan melebihkannya kira kira 60 cm. contoh: seandainya panjang mayit 170
cm, maka ditambah 60 cm sehingga keseluruhan panjang 230 cm. penambahan panjang
kain disesuaikan agar dapat mengikat ujung kepala dan ujung kaki.
Lebar: Ukur lebar mayit mulai dari ujung bahu kanan mayit hingga ujung kiri,
kemudian hasil pegukuran dikalikan tiga. Contoh: jika lebar mayit 40 cm, maka
lebar kain yang dibutuhkan 40 x 3 = 120 cm.
Perhatian:
·
Kain
kafan yang ideal berukuran panjang 280 cm dan lebar 180 cm untuk memudahkan
pemotongan sesuai dengan kebutuhan.
·
Membuat
kira-kira 7 ikatan dari kain kafan yang panjangnya sesuai dengan lebar kain
yang telah diukur sesuai kebutuhan mayit. Lebar ikatan kira-kira 10 cm.
·
Membuat
popok yang gunanya untuk menjaga kotoran yang dikhawatirkan keluar dari mayit.
Dengan lebar kira-kira 30 cm dan panjang kira-kira 100 cm.
2. Siapkan keranda dekat dengan tempat
pemandian, kemudian letakkan ikatan yang sudah dipersiapkan di atas keranda
dengan jumlah ganjil. Simpan di daerah kepala, dada, perut, paha, lutut &
kaki
3. Letakkan lipatan kain pertama, dan
dianjurkan kain yang terbaik dan yang paling bersih untuk memperlihatkan kepada
manusia dengan gambaran yang baik dan indah. Pada bagian kepala dilebihkan
kira-kira 40 cm dan bagian kaki 20 cm.
4. Letakkan lipatan kedua dan ketiga di atas
lipatan yang pertama dengan cara yang serupa. Letakkan popok di atas kafan
dekat dengan daerah dubur & selangkangan. Lalu tambahkan kapas di atasnya.
5. Kain kafan yang telah siap kemudian
ditaburi wewangian & kapur barus. Kemudian letakkan mayit di atasnya dengan
hati-hati & tetap menjaga auratnya. Letakkan kepala pada bagian yang telah
dilebihkan serta duburnya di atas popok.
6. Buka kedua kakinya untuk mengikat popok
yang telah siap diantara dua kaki & perutnya. Lakukan hal itu dibawah kain
penutup agar aurat mayit tetap terjaga. Setelah selesai rapatkan kembali kedua
kakinya.
7. Oleskan minyak wangi pada tubuh mayit &
yang dianjurkan pada tujuh anggota sujud (kening, lutut, telapak kaki, telapak
tangan, hidung), dan di sela-sela persendian.
8. Lalu ambil ujung kain yang pertama (paling
bawah/dalam) arah kanan kemudian lipat ke sebelah kiri secara bersamaan mulai
dari kaki hingga kepala. Setelah itu
pegang ujungnya dengan kuat dan lipat atau putar. Lalu pegang lipatan ujung
kain dengan tangan kiri, lalu ambil kain yang kedua dan lakukan seperti yang
pertama, begitu juga dengan kain yang ketiga.
9. Ikat dengan kuat dan jadikan ikatannya di
sebelah sisi kiri mayit. Selimuti mayit yang telah dikafani agar benar-benar
tertutup dan terjaga sebelum dikuburkan.
10. Untuk wanita lakukan hal serupa bila tdk
terdapat 5 helai kain yg dibutuhkan,
HAL-HAL YANG
BERKAITAN DALAM MASALAH INI
1. Dimakruhkan melebihi batasan kain kafan
dari yang ditentukan.
2. Yang paling utama mengkafani adalah yang
diberi wasiat kemudian kerabat terdekat dan selanjutnya.
3. Membeli kain kafan dengan harta si mayit,
kalau tidak ada maka keluarga yang menanggungnya, dan bila tidak ada juga
diambil dari harta kaum Muslimin (Baitul Mal).
4. Dimakruhkan memberi kain kafan dari
wol/rambut atau kain yang dicelup warna kuning. Diharamkan mengkafani mayit
dengan kulit.
5. Para Ulama membenci membakar kain kafan.
6. Dilarang memasukkan wewangian/kafur ke
dalam mata mayit.
7. Disunnahkan bilangan ikatan berjumlah
ganjil.
8. Untuk mayit anak laki-laki menggunakan tiga
helai kain, sedangkan untuk anak perempuan dua helai kain & satu ghamis.
9. Bila kain kafan tidak mencukupi, maka tutup
bagian kepalanya sedang sisanya ditutup dengan ilalang atau rumput.
SHALAT JENAZAH
LANDASAN HUKUM
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من
صلى على جنازة ولم يتبعها, فله قيراط. فإن تبعها فله قيراطان. قيل: وما القيراطان؟
قال: أصغرهما مثل أحد. (أخرجه البخاري و مسلم)
SIFAT SHALAT
JENAZAH
1. Letakkan jenazah di hadapan imam. Imam
berdiri di hadapan kepala mayit jika laki-laki. Jika mayitnya perempuan, maka
imam berdiri di tengah-tengah mayit. Kemudian makmum berdiri di belakang imam.
والدليل
على ذلك: ما رواه الترمذي عن أنس رضي الله عنه أنه صلى على رجل فقام عند رأسه, ثم
صلى على امرأة فقام حيال وسط السرير فقال له العلاء: أهكذا رأيت الرسول صلى الله
عليه وسلم قام على الجنازة مقامك منها, ومن الرجل مقامك منه؟ قال: نعم. فلما فرغ
قال: احفظوا (أخرجه أبو داود والترمذي وإبن ماجه وأحمد وصححه الألباني في أحكام
الجنائز)
وأخرج
الجماعة من حديث سمرة رضي الله عنه أنه صلى وراء الرسول صلى الله عليه وسلم على
امرأة ماتت في نفاسها, فقام وسطها. (أخرجه البخاري ومسلم)
•
Disunnahkan membuat tiga shaf
(barisan).
•
Disukai yang menshalatinya jama’ah
yang banyak
•
Jika mayitnya anak laki-laki &
perempuan, maka posisi imam berdiri seperti pada posisi mayit wanita dewasa.
•
Tidak mengapa bagi Imam meberitahukan
jenis kelamin mayit kepada makmum, agar dapat berdo’a sesuai dengan kata
gantinya.
2. Imam
bertakbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangannya, kemudian meletakkan
tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada. Kepala menunduk & pandangan
tertuju kepada tempat sujud.
3. Berta’awudz,
membaca basmallah, tidak membaca do’a iftitah, membaca surat al-fatihah. Semuanya dibaca secara sir
(pelan).
4. Imam takbir yang kedua seraya mengangkat
tangan kemudian membaca shalawat.
5. Kemudian bertakbir yang ketiga sambil mengangkat
tangan terus berdo’a bagi sang mayit.
قال الرسول صلى الله عليه وسلم : إذا
صليتم على الميت فاخلصوا له الدعاء (أخرجه أبوداود وإبن حبان والبيهقي من حديث أبي
هريرة وحسنه الألباني)
6. Diantara do’a yang disyari’atkan adalah
sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن الرسول
صلى الله عليه وسلم كان إذا صلى على جنازة يقول: اللهم اغفر لحينا وميتنا, وشاهدنا
وغائبنا, وصغيرنا وكبيرنا, وذكرنا وأنثانا, اللهم من أحييته منا فأحيه على الإسلام
, ومن توفيته منا فتوفه غلى الإيمان. اللهم لا تحرمنا أجره, ولا تضلنا بعده.
(أخرجه أبوداود والترمذي وإبن ماجه والبيهقي من طريق محمد بن إبراهيم التيمي عن
أبي سلمة وصححه الألباني في أحكام الجنائز)
Diantara do’a
yang disyari’atkan adalah sebagai berikut:
عن عوف بن مالك رضي الله عنه قال: صلى
الرسول صلى الله عليه وسلم على جنازة فحفظت من دعائه وهو يقول: اللهم اغفرله
وارحمه, وعافه واعف عنه, وأكرم نزله, ووسع مدخله, واغسله بالماء والثلج والبرد ,
ونقه من الخطايا, كما نقيت الثوب الأبيض من الدنس, وأبدله دارا خيرا من داره,
وأهلا خيرا من أهله, وزوجا خيرا من زوجه, وأدجله الجنة , وأعذه من عذاب القبر – أو
من عذاب النار- قال: حتى تمنيت أن أكون أنا ذلك الميت. (أخرجه مسلم)
Jika mayitnya
anak-anak, maka berdo’a sebagai berikut:
اللهم اجعله ذخرا لوالديه, وفرطا وأجرا
وشفيعا مجابا, اللهم ثقل به موازينهما, وأعظم به أجورهما, وألحقه بصالح سلف المؤمنين,
واجعله في كفالة إبراهيم, وقه – برحمتك – عذاب الجحيم.
Imam bertakbir
terakhir, diam sejenak lantas salam seraya memalingkan muka ke kanan satu kali.
MASALAH-MASALAH
YANG BERKAITAN DALAM HAL INI
Pertama. Hukum Shalat jenazah adalah Fardhu Kifayah.
Kedua. Disyari’atkan shalat jenazah pada setiap:
1. Janin yang gugur berusia empat bulan atau
lebih.
2. Orang yang mati syahid. Walaupun hukum
asalnya tidak disholatkan akan tetapi bila dilakukan itu lebih utama.
3. Orang yang terbunuh karena hukuman had.
4. Orang fajir yang banyak melakukan
kemaksiatan.
5. Orang yang memiliki hutang dan tidak
meninggalkan harta untuk melunasi hutangnya.
Ketiga. Diharamkan mensholati orang kafir, munafik
dan yang meninggalkan sholat wajib. Tidak boleh merasa kasihan dan tidak boleh
memohonkan ampun bagi mereka.
Keempat. Yang paling utama untuk mensholati mayit
adalah yang diberi wasiat, imam masjid dan kerabat keluarga mayit.
Kelima. Jika hanya terdiri dari seorang makmum,
maka dia berdiri di belakang imam.
Keenam. Lebih diutamakan agar mensholati mayit di
luar masjid dan hal ini adalah petunjuk yang sering dicontohkan oleh
Rasulullah. Tidak boleh mensholatinya di antara kuburan, tapi bila sudah
dikuburkan maka hal itu diperbolehkan.
Ketujuh. Tidak boleh mensholati mayit pada tiga
waktu yang terlarang kecuali darurat.
لحديث
عقبة بن عامر رضي الله عنه: ثلاث ساعات كان رسول الله صلى الله عليه وسلم ينهانا
أن نصلي فيهن أو نقبر فيهن موتانا: حين تطلع الشمس بازغة حتى ترتفع, وحين يقوم
قائم الظهيرة حتى تميل الشمس, وحين تضيف الشمس للغروب حتى تغرب. (أخرجه مسلم)
Kedelapan. Wanita dibolehkan menghadiri sholat jenazah
baik sendiri maupun berjama’ah dengan syarat tidak sholat di kuburan, karena
wanita dilarang memasukinya.
MENGUBURKAN MAYIT
LANDASAN HUKUM
روى مسلم عن خباب رضي الله عنه قال:
ياعبد الله بن عمرألا تسمع مايقول أبوهريرة ؟ أنه سمع الرسول صلى الله عليه وسلم
يقول: من خرج مع جنازة من بيتها, وصلى عليها ثم تبعها حتى تدفن كان له قيراطان من
أجر, كل قيراط مثل أحد. ومن صلى عليها ثم رجع, كان له من الأجر مثل أحد, فأرسل إبن
عمر رضي الله عنه خبابا إلى عائشة يسألها عن قول أبي هريرة, ثم يرجع إليه فيخبره
ما قالت...فقال قالت عائشة: صدق أبوهريرة...فقال إبن عمر - رضي الله عنهما - : لقد
فرطنا في قراريط كثيرة.
TATACARA MEMBAWA JENAZAH
1. Letakkan mayit di atas keranda dengan
terlentang.
2. Tutup dengan selimut/kain. Lebih disukai
jika mayit wanita kerandanya ditutup denga kubah/kayu.
3. Disunnahkan yang membawa keranda sebanyak
empat orang.
4. Disunnahkan untuk bersegera dalam berjalan.
قوله صلى الله عليه وسلم: أسرعوا
بالجنازة, فإن تك صالخة فخير- لعله قال: تقدمونها عليه-, وإن تك غيرذلك فشرتضعونه
عن رقابكم (أخرجه البخاري ومسلم)
5. Dibolehkan bagi yang mengiringi jenazah
untuk berjalan di depan, belakang, samping kanan atau kirinya.
6. Tidak boleh duduk hingga jenazah diletakkan
di atas tanah
لحديث
أبي سعيد رضي الله عنه مرفوعا: إذا رأيتم الجنازة فقوموا, فمن تبعها فلا يقعد حتى
توضع (أخرجه البخاري ومسلم)
7. Disunnahkan bagi yang mengantarkan jenazah
untuk khusyu’, berfikir akan perjalanannya, dan mengambil pelajaran dari
kematian, juga dengan apa yang akan dialami oleh sang mayit. Tidak disukai tertawa,
senyum, atau berbicara tentang urusan dunia.
قال
سعد بن معاذ رضي الله عنه: ما تبعت جنازة فحدثت نفسي بغيرماهومفعول بها.
LUBANG KUBUR
1. Disunnahkan memperdalam dan memperluas
kuburan, karena memperdalam kuburan dapat menahan bau yang tidak enak, selamat
dari gangguan hewan liar, juga lebih menjaga mayit.
لقول الرسول صلى الله عليه وسلم في قتلى
أحد: احفروا وأوسعوا وأحسنوا... (أخرجه أبوداود والنسائي والترمذي وابن ماجة
والبيهقي وأحمد وصححه الألباني في المشكاة)
2. Disunnahkan memperluas kuburan pada bagian
kepala dan kaki.
للحديث الذي رواه البيهقي أن النبي عليه
الصلاة والسلام قال لحفار: أوسع من قبل الرأس, وأوسع من قبل الرجلين. قال النووي
في المجموع وإسناده صحيح.
3. Lebih disukai membuat lahat dari
pada syaq.
وقال الرسول صلى الله عليه وسلم: اللحد
لنا والشق لغيرنا (أخرجه أبوداود والنسائي والترمذي وابن ماجة وصححه الألباني في
أحكام الجنائز)
TATA CARA MENGUBURKAN
1. Masukkan mayit ke dalam kubur melalui
bagian kaki kubur dengan memasukkan kepala terlebih dahulu karena ia adalah
bagian tubuh yang paling mulia. Namun bila hal tersebut tidak memungkinkan,
maka dari jalan mana saja yang mudah.
وعبد الله بن يزيد أدخل الحارث قبره من
قبل رجلي القبروقال: هذه السنة (أخرجه أبوداود والبيهقي وصححه الألباني في صحيح
أبوداود)
2. Yang memasukkan mayit ke dalam
kubur adalah laki-laki. Yang diberi wasiat lebih berhak untuk itu. Bila mayit
tidak berwasiat, maka kerabat terdekatnya.
3. Bila memasukkan mayit wanita,
maka kuburnya ditutup agar terhindar dari pandangan disaat penguburan.
Sedangkan bagi mayit pria tidak diharuskan, kecuali bila ada udzur seperti
hujan.
4. Letakkan mayit dengan lembut di
dalam kubur dengan berbaring di sisi lambung kanannya, karena dia menyerupai
orang yang tidur dan menghadap kiblat.
5. Kemudian buka dan lepaskan ikatan
yang mengikat kafannya dengan tanpa membuka wajahnya, karena yang demikian
tidak ada dalilnya dan tidak pernah dilakukan oleh para sahabat.
لقول
عبدالله بن مسعود رضي الله عنه : إذا أدخلتم الميت القبر فحلوا العقد.
6. Dekatkan dan masukkan mayit ke dalam lahat,
kemudian tahan dengan batu atau tanah di depannya dan di pertengahan
punggungnya agar mayit tidak berbalik dan jatuh.
7. Tutup lahat dengan kayu. Tutup celah yang
kosong antara kayu dengan tanah liat agar mayit tidak kejatuhan tanah saat
dikubur.
8. Dianjurkan untuk melemparkan tiga kali
genggaman tanah dengan kedua tangannya usai penutupan liang lahat ke arah
bagian atas kepala.
لحديث أبي هريرة رضي الله عنه أن الرسول
صلى الله عليه وسلم صلى على جنازة ثم أتى قبر الميت فحثى عليه من قبل رأسه ثلاثا
(أخرجه ابن ماجه وجوده إسناده النووي في المجموع وصححه الشيخ الألباني)
9. Masukkan tanah ke dalam kubur dan
tinggikan dari atas permukaan tanah sekedar sejengkal kemudian dibentuk seperti
punuk.
10. Perciki kubur dengan air kemudian
taburi dengan kerikil agar kubur menjadi kuat tidak terbawa angin dan aliran
air. Kemudian tandai dengan kayu atau batu pada bagian kepala.
11. Dianjurkan setelah itu berdo’a
untuk mayit.
ولحديث عثمان بن عفان رضي الله عنه قال:
كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا فرغ من دفن الميت وقف عليه وقال: إستغفروا
لأخيكم وسلوا له التثبيت فإنه الآن يسأل (أخرجه أبو داود والحاكم والبيهقي. وقال
النووي في المجموع : رواه...بإسناد جيد)
والله أعلم
شكرا على اهتمامكم
جزاكم
الله أحسن الجزاء
والعفو
منكم
والسلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar